Minggu, 25 Desember 2016

cerpen singkat mengharap kasihmu


Assalamualaikum wr.wb

Pertama tama marilah kita penjatkan puji syukur kehadirat allah SAW, sehingga kali ini kita masih diberi kesehatan dan dapat menghirup udara segar    

Hay gan..  Kali ini admin akan menyampaikan  contoh cerpen yang sesuai dengan struktur dan kaidah. cerpen yang berjudul "MENGHARAP KASIHMU" ini menceritakan tentang perjalanan hidup seorang anak lelaki yang bisu. cerita lebih lanjut,  silahkan disimak ya gan..

CONTOH TEKS CERPEN



MENGHARAP KASIHMU
(Karya Asrining D Palupi)

Kesunyian malam menemaniku dalam kesendirianku . Hembusan angin seakan turut menghapus limpahan air mata di pipiku. Entah sampai kapan aku akan bertahan dalam penderitaan ini. Terdengar derap langkah perlahan menuju kamarku,segera kuhapus linangan air mata yang tak mau pergi  dari mataku yang sipit. Pintu kamarku diketuk perlahan, ku dengar suara lembut seorang perempuan memanggil namaku.
“Aldi.. ayo turun nak, waktunya makan malam.”
Aku bergegas membuka pintu dan kulihat senyuman manis perempuan berparas cantik itu. Dia adalah Bundaku, malaikat yang selama ini selalu melindungiku.
“Ayo sayang, Ayah pasti sudah menunggu.” Ucap Bunda bersemangat.
Aku mengangguk perlahan, ku raih tangan halus Bunda dan berjalan beriringan menuju meja makan, yang masih hangat menunya. Aku sangat senang ketika melihat makanan kesukaanku disajikan. Aku segera mengambil nasi dan duduk tepat di depan Ayah. Belum sampai sesuap nasi masuk ke mulutku, tiba-tiba suara Ayah mengejutkanku.
“Kenapa si bisu ini, kau ajak makan bersama kita, membuat selera makanku hilang saja ” kata Ayah kasar kepada Bunda
“Apa salahnya  Aldi makan bersama dengan kita, Mas ? dia juga anggota keluarga dirumah ini, dia juga anakmu Mas.” Nampak raut muka Bunda kecewa.
“Heh.. jangan mimpi, aku tak sudi memiliki anak bisu seperti dia, dia bukan anakku ! “    
“Mas, kau boleh berkata kasar padaku, tapi jangan sampai kau sakiti anakku, kau memang seorang Ayah yang tak berhati mas.“
“Terserah.. aku makan diluar saja” Ayah segera menyalakan mobilnya, keluar dari garasi rumah, meninggalkan kami berdua di meja makan.
“Maafkan Ayahmu ya, sayang “ sambil menangis Bunda membelai rambutku.
Aku tersenyum lebar kepada Bunda. Dengan tabah ku genggam erat  tangan Bunda, aku meyakinkan Bunda bahwa aku baik-baik saja.
Ya.. hal ini memang sering ku alami, terkadang aku merasa bersalah karena Bunda selalu sakit hati jika aku dicaci maki oleh Ayah. Walaupun Ayah sering menyakitiku tetapi aku tetap menyayanginya, bagiku Ayah adalah karunia terbaik yang diberikan tuhan kepadaku, aku ingin selalu menjaga dan melindunginya. Aku memang bukanlah anak yang sempurna, aku lahir tanpa tangis, sehingga dokter menyatakan bahwa aku bisu. Tetapi aku tidak pernah menyalahkan Tuhan atas semua kehendaknya, aku selalu bersyukur atas pemberiannya, tugasku adalah menjaga jiwa dan raga ini. Begitu nasihat Bunda, ketika aku mulai kehilangan semangatku.
Malam itu juga, dengan berat hati Bunda mengantarku ke kamar, dengan kasih dan sayang Bunda mencium keningku.
“Maafkan Bunda ya sayang, apapun yang terjadi Bunda akan selalu menyayangimu.“ bisik Bunda lembut
Kemudian aku meraih pensil dan secarik kertas di samping tempat tidurku, kutuliskan perasaanku untuk Bunda
Bunda jangan sedih terus, Aldi nggak pernah marah kok sama Ayah. Aldi sangat menyayangi Ayah, Aldi yakin Ayah pasti juga menyayangi Aldi. Makasih ya Bunda untuk semua kasih sayang yang telah Bunda berikan pada Aldi, Aldi sangat menyayangi  Bunda.
Setelah membaca tulisanku, Bunda memelukku erat, kemudian meningalkanku untuk istirahat. Dalam tidurku, aku selalu berharap esok akan menjadi hari terbaikku bersama Ayah.
Seperti malam-malam sebelumnya aku sulit untuk tidur. Jam sudah menunjukkan tengah malam,tetapi mata ini serasa tak mau dipejamkan.  Aku sesekali ingat pada Ayah, aku sering berpikir mengapa Ayah begitu membenciku ?, apakah Ayah malu memiliki anak seperti aku ?
Ah.. kubuang pertanyaan-pertanyaan aneh itu dalam benakku,aku tetap yakin bahwa suatu saat Ayah akan menyayangiku. Ku singkirkan hangatnya selimut,kemudian aku beranjak dari ranjangku untuk mengambil air wudhu. Langkahku seketika terhenti, melihat ayah tertidur pulas di kursi ruang tamu. Aku berbalik arah mengambil selimut di kamarku. Ku selimuti ayahku yang tampak sangat kelelahan. Ku pandangi ayahku dalam-dalam. Seandainya ayah tau,aku sangat mencintai dan menyayangi ayah.
Malam pun semakin larut, dan mata ini tak segera terpejam, aku sangat bosan. Kemudian aku melangkah menuju meja belajarku. Ku curahkan segala perasaan dalam selembar kertas suci.
Tuhan, mengapa engkau ciptakan aku seperti ini ?
Mengapa aku berbeda dari yang lain?
Tetapi aku tidak boleh menyerah untuk menjalani ini semua
Aku juga tidak akan menyalahkanmu, Tuhan. Aku juga tidak akan menyesali apa yang telah ku miliki
Tugasku adalah mensyukuri apa yang menjadi milikku, dan menjaganya dengan baik.
Aku yakin suatu saat nanti, aku akan menjadi manusia berguna, manusia yang dapat menjaga ayah dan bunda.
Aku berharap, engkau hilangkan rasa benci ayah padaku.
Aku ingin mendapat kasih sayang dari ayahku,sosok pemimpin hebat, yang telah engkau anugerahkan padaku.
Aku juga ingin merasakan hangatnya pelukan ayah, aku juga ingin  bermain bersama dengan ayah seperti anak yang lain.
Aku selalu menyayangimu ayah..
Sang surya telah menjema masuk ke kamarku, menandakan bahwa aku harus segera bangun, menyiapkan diri untuk sekolah. Sebelumnya aku membantu bunda dahulu di dapur menyiapkan sarapan.
“Aldi hari ini bunda berangkat pagi, jadi nanti kamu berangkat sekolah bersama ayah, ya..“
Aku mengangguk dengan senyum riang. Terbesit di pikiranku bahwa aku akan mengalami hari terbaik dalam hidupku bersama ayah. Terima kasih Tuhan engkau telah mengabulkan permohonanku.
Aku bersiap cepat, kemudian menuju meja makan untuk sarapan. Aku senang bisa sarapan berdua dengan ayahku.
“Aldi, nanti kamu berangkat sendiri saja ya. Ayah ada meeting di kantor,kalau ayah harus mengantarmu sekolah,bisa terlambat ayah,kamu naik angkot saja.”
Harapanku bisa bersama dengan ayah pupus. Tuhan apakah engkau tidak menghendaki aku bersama dengan ayah ?
Dengan menghela nafas panjang aku berusaha menjawab pertanyaan ayah “I..a..yah..ga..pa..pa” Jawabku
Setelah cukup lama menunggu angkot, aku memutuskan untuk berjalan kaki . Di sepanjang jalan menuju sekolah, aku selalu tersenyum ramah kepada semua orang, karena aku menyadari hanya senyumlah yang bisa kulakukan untuk memberikan kebahagiaan kepada orang lain.
Dua puluh menit kemudian aku sampai di seberang gerbang sekolahku. Sekolah yang sangat kubanggakan, walaupun tidak seperti sekolah pada umumnya. Aku bersekolah di sekolah yang khusus, orang sering menyebutnya sekolah luar biasa. Aku mulai menapakkan kakiku yang mengenakan sepatu hitam mengkilat, pemberian bunda saat ulang tahunku yang ke-9, tepat dua tahun yang lalu.
Aku bersemangat menuju sekolah. Di pertengahan jalan, mobil sedan dari arah barat menyenggolku. Aku tersungkur, dengan barutan kecil di lutut dan sikuku. Aku segera dibawa ke klinik terdekat. Seorang guru terlihat tergopoh-gopoh menghampiriku.
“Aldi,bagaimana keadaanmu ? apa kamu baik-baik saja ?”
Aku hanya tersenyum dan mengangguk, sembari menahan rasa sakit. Dia adalah ibu Ria, guru kesayanganku. Aku sering menuliskan surat padanya tentang  segala masalah yang ku alami. Aku sangat menyayanginya, karena dialah yang mengertiku, dia yang selalu menghiburku disaat aku sedih.
Setelah lukaku di obati, bu Ria menganjurkanku untuk istirahat di rumah. Aku menggelengkan kepalaku, aku tak ingin hanya menyia-nyiakan waktuku di rumah. Aku telah berjanji kepada Tuhan bahwa aku akan menjadi orang yang berguna kelak. Tapi bu Ria memaksaku untuk pulang, melihat kondisi tubuhku yang lemas. Dengan segera bu Ria menelpon ayahku, aku tidak mau merepotkan ayahku. Sesaat kemudian ayah datang, bu Ria menceritakan semuanya pada ayah. Akhirnya aku menuruti permintaan bu Ria untuk pulang.
Aku hanya tertunduk bersalah di kursi mobil, yang ku takutkan ternyata benar, ayah memarahiku.
“Dasar bisu, kamu ini hanya merepotkan ayah saja, kenapa bisa terserempet mobil sih.. apa kamu tidak bisa melihat ?”
Aku hanya diam, menitikkan air mata. Segera kuhapus  aliran air mata ini. Aku tidak ingin terlihat cengeng di depan ayah.
Sesampainya di rumah, ku curahkan semua isi hatiku di sebuah buku rahasia
Tuhan, hari ini aku berbuat kesalahan.
Ayah semakin membenciku, aku tidak tau lagi harus berbuat apa
Mungkin ayah sudah tidak ingin memaafkanku lagi. Harapanku untuk bisa merasakan kasih sayang ayah telah menipis.
Tuhan apabila aku hanya merepotkan ayah, ambil lah aku tuhan aku ingin tinggal bersamamu.
Mungkin hanya itu yang akan membuat ayah bahagia.
Aku tak bisa membendung tangisku, air mata ini semakin deras ketika aku terus mengingat betapa payahnya aku. Aku belum bisa menjadi anak yang baik untuk ayah. Bersama tangisku, keluar darah segar dari hidung mungilku. Aku tak tau pertanda apakah ini. Segera ku ambil kain dan kuseka hidungku.
Tiba-tiba bunda datang mengejutkanku, aku menatap bunda dengan riang seolah tak terjadi apapun padaku.
“Aldi,kata bu Ria kamu mengalami kecelakaan, bagaimana keadaanmu nak, kamu tidak apa-apa kan ?”
Aku tidak apa-apa bunda, hanya kurang hati-hati saja.
“syukurlah kamu tidak apa-apa, sekarang istirahatlah, kamu terlihat sangat pucat.”
Bunda besok adalah hari penerimaan rapot, apkah bunda bersedia mengambil rapotku ?
“Pasti sayang, bunda akan hadir untuk mengambil rapotmu, bunda yakin pasti kamu mendapat peringkat lagi di kelas.”
Kemudian aku terbaring, untuk istirahat sejenak. Aku kembali menangis, aku teringat ayah, Tuhan kapan aku bisa mendapat kasih sayang ayah,aku juga ingin menikmati masa-masa kecilku ini bersama ayah. Mungkin aku harus belajar sungguh-sungguh, agar aku sukses dan bisa membanggakan ayah, agar ayah dapat menyayangiku.
***
Hari pengambilan rapot pun tiba, tak kusangka aku mendapat peringkat pertama di kelas. Aku sudah tidak sabar menunjukkan nilai rapotku kepada ayah. Setibanya di rumah aku segera mencari ayah, ternyata ayah tidak ada di rumah. Aku menunggu ayah di ruang tamu. Tak lama kemudian ayah datang,segera kuletakkan rapotku di hadapan ayah. Aku berharap ayah membukanya, ternyata benar ayah membukanya.
“Nilainya bagus, tidak ada nilai merah sama sekali, heh.. pasti hasil contekan.“ ayah meletakkan kembali rapotku dengan kasar.
“Kamu salah mas, Aldi tidak mungkin menyontek, dia belajar dengan rajin sehingga nilainya baik.”
“Aku tidak percaya, dia itu bisu, mana mungkin dia memiliki kemampuan seperti itu.”
Ayah beranjak pergi, kulihat dokumen penting ayah tertinggal di meja, ku kejar ayah, kuraih tangan ayah untuk memberikan dokumen penting itu. Ayah berbalik arah kemudian mengambil dokumen itu dari tanganku.
“Sudah, pergi kamu, jangan sok baik padaku !” ayah mendorong tubuh kecilku hingga aku terlempar di lantai.
“kamu sungguh kasar mas, kamu tidak tau Aldi sangat menyayangimu”
“Aku tidak percaya, sebelum dia sendiri yang mengatakan itu padaku.”
Sekarang aku tahu ayah membenciku, karena aku bisu. Aku lari menuju kamarku,meraih buku yang menjadi tempat curahan hatiku.
Tuhan.. sekarang aku tau, mengapa ayah sangat membenciku, betapa ayah tidak menyayangiku
Ternyata ayah tidak mau memiliki anak seperti aku, yang hanya terdiam, tanpa bisa berucap.
Tuhan.. aku ingin sekali saja, engkau berikan aku suara, meskipun hanya hari ini.
Aku hanya ingin mengungkapkan rasa sayangku pada ayah, setelah itu ubahlah aku menjadi bisu kembali, aku rela Tuhan..
***
Pagi ini aku kembali bersekolah, aku main dengan puas bersama teman-temanku. Setelah lelah aku mengistirahatkan tubuhku di bangku dekat lapangan. Bel pulang berdering, dari kejauhan ku lihat ayah datang. Kemudian bu Ria menghampiri ayah, terjadi perbincangan antara keduanya. Terlihat bu Ria mengeluarkan surat dari tas hitamnya, ayah mendadak berkaca-kaca dan tersenyum. Segera ku hampiri ayahku itu. Ku peluk erat ayahku, seakan aku tak mau kehilangannya, aku sangat merindukan ayahku. Tapi ayah hanya terpaku. Kemudian ayah menggandengku untuk pulang, betapa senangnya aku dapat mengenggam tangan ayah. Aku belum pernah mengalami hal yang membahagiakan ini. Ayah mengajakku untuk singgah di taman kota.
“Aldi.. Ayah yakin kamu pasti lapar, kan ?” tanya ayah padaku.
Aku mengangguk, baru kali ini aku bisa makan berdua dengan Ayah. Setelah makan Ayah mengajakku untuk main bersama, seharian kami main berdua di taman. Aku senang sekali hari ini. Hari ini adalah hari terbaikku bersama Ayah.
Tuhan... hari ini adalah hari terbaikku bersama Ayah
Terima kasih karena telah mengabulkan permohonanku. Ayah sudah tidak membenciku lagi
Tuhan jangan ambil aku terlebih dahulu. Aku masih ingin bermain dengan Ayah
terima kasih Tuhan telah memberikan seorang Ayah terhebat yang ku kenal
ku sandarkan kepalaku di atas meja, darah segar kembali keluar dari hidungku, sesaat pandanganku kabur dan semuanya gelap. Kemudian aku tak sadarkan diri.
Ketika aku tersadar, semua alat kesehatan yang mengerikan, menancap di sekujur tubuhku. Kemudian kulihat Bunda datang.
“Tenang ya Aldi, kamu pasti akan sembuh.”
Ada apa dengan aku Bunda, apakah aku sakit ?
“Ya Aldi, kata dokter kamu mengidap kanker, tapi kamu tenang ya, penyakit itu tidak berbahaya, Aldi pasti segera sembuh.”ujar Bunda dengan menitikkan air mata.
Aku bimbang harus melakukan apa, kembali ku tulis surat untuk Sang Pencipta.
Tuhan... aku tidak tau apa itu kanker ?
Apakah itu berbahaya, apakah itu menyakitkan, apakah penyakit itu menaakutkan, hingga Bunda menangis.
Tuhan aku tidak ingin melihat Bunda menangis.
Aku ingin selalu membahagiakan Bunda.
Tuhan aku juga tidak ingin meninggalkan Ayah dan Bunda, aku masih ingin bermain dengan Ayah.
Aku masih merindukan kasih sayangnya
Aku ingin menikmati masa kecilku bersama Ayah.
Tuhan... jika aku pergi jagalah Ayah dan Bundaku
Terima kasih Tuhan, telah memberikanku Ayah dan Bunda yang sangat menyayangiku.
Setelah menulis surat kepalaku kembali terasa sakit, terlihat Ayah dari kejauhan menuju tempatku berbaring. Ayah menitikkan air matanya di hadapanku, segera ku hapus linangan air mata ayah dengan jariku.
“Kamu harus bertahan nak, Ayah sangat menyayangimu, Ayah tidak ingin kehilangan kamu, maafkan segala kesalahan ayah selama ini, Ayah yakin kamu anak yang kuat, bertahanlah sayang.”
Aku sangat senang mendengar perkataan Ayah, kini aku tau Ayah sangat menyayangiku. Ayah mencium keningku dengan penuh kasih, kemudian kami berpelukan. Ambilah aku Tuhan apabila itu kehendakmu, kini aku sudah merasakan hari-hari terbaik bersama Ayah. Setelah itu pandanganku kabur kemudian semuanya menjadi gelap. Selamat tinggal Ayah, selamat tinggal Bunda. Aldi sangat menyayangi Ayah dan Bunda.
***
Semoga saja cerpen diatas dapat bermanfaat, menghibur, dan diambil hikmahnya. 
Tunggu cerpen cerpen berikutnya gan. Jangan lupa kritik dan sarannnyaJ
Wassalamualaikum wr.wb






Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : cerpen singkat mengharap kasihmu

0 komentar:

Posting Komentar